TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Petugas keamanan Hotel dan Apartemen Galeri Ciumbuleuit, Sunarya (37), masih syok mendapati dirinya kini menjadi sorotan publik. Meski masih masuk kantor dan melaksanakan tugasnya, ia belum bisa diwawancarai atau bertemu wartawan.
"Dia masih tugas, kerja seperti biasa. Tapi, masih syok. Dia tidak menyangka saja, kejadiannya akan seperti ini. Dalam waktu singkat jadi sorotan publik. Kami sendiri mengkhawatirkan keselamatan dia. Jadi, untuk sementara belum bisa ditemui," kata Ossie Himawan, Director of PR and Communication Corporate Best Image Residence (BIRD), yang membawahkan Galeri Ciumbuleuit Hotel (GCH), Senin (12/12/2011).
Seperti diberitakan sebelumnya, Mega Tri Pratiwi, anak salah seorang pengusaha batu bara, terkena tendangan Sunarya hingga gigi patah, luka lebam di pelipis, dan sempat tak sadarkan diri, Sabtu lalu. Mega melaporkan kejadian itu ke Polrestabes Bandung. Isi laporan diduga adanya perbuatan penganiayaan biasa yang dilakukan oleh Sunarya. Mega sendiri diketahui saat itu bersama tujuh orang temannya sedang berlibur di Bandung. Saat kejadian, Mega sedang menakut-nakuti temannya dengan pura-pura berperan sebagai "suster ngesot".
Ossie, yang didampingi Himawan (Executive Assistant Manager GCH), Budi (GM GCH), Zakki (Area Manager Wiragarda GCH), dan Deny Moran (kuasa hukum GCH), mengungkapkan, Sunarya sudah bekerja di GCH selama empat tahun.
Selama bekerja di tempat tersebut, Sunarya bersama 23 petugas keamanan lainnya belum pernah melakukan perbuatan yang melawan hukum. Ayah beranak dua ini, sama seperti ke-23 petugas keamanan lainnya di GCH, memiliki sikap yang baik. Tidak neko-neko, selalu menjalankan tugas dan perintah sesuai dengan aturan yang ada.
"Kami yakin, polisi akan menegakkan kebenaran. Soal tuntut balik, kami tidak punya rencana ke sana," kata Ossie.
GCH, yang mewakili Sunarya, menunggu pemeriksaan dari kepolisian karena Mega Tri Pratiwi (20) sudah melaporkannya ke Polrestabes Bandung. Sebagai warga negara yang baik, Sunarya dengan didampingi kuasa hukum siap menghadapinya.
"Kami sendiri saat ini konsen dalam hal advokasi, pendampingan anggota kami," ujar Zakki, yang menjadi pimpinan langsung dari Sunarya.
Manajemen GCH sempat memberikan sejumlah data kronologi peristiwa Sabtu (10/12) dini hari. Termasuk rekaman closed circuit television (CCTV) atau kamera tersembunyi yang terpasang di dalam lift beberapa saat sebelum kejadian.
Pada kamera tersembunyi itu, terlihat Sunarya masuk ke lift, lalu berbincang dengan salah seorang rekannya di bagian house keeping. Ia dan temannya itu berdiri di depan pintu lift. Di posisi belakang, dekat kamera terlihat ada sekitar empat orang pria. "Dia (Sunarya) tengah melakukan tugasnya, melakukan inspeksi ke setiap lantai," kata Zakki di sela pemutaran CCTV.
Tampak di gambar tersebut, pintu lift terbuka di lantai 17 karena diduga ada orang yang hendak masuk. Sebelumnya, seorang pria sudah mendekati pintu sambil menyuruh salah seorang temannya mendekat.
Keduanya berdekatan dengan posisi Sunarya yang berdiri di kiri dekat pintu lift dan petugas house keeping di kanan pintu lift.
Begitu pintu lift terbuka, pria yang menarik dan menyuruh temannya mendekat itu seperti mendorong temannya tersebut. Namun pria yang didorong itu terlihat kaget dan melompat masuk lagi ke lift.
Sunarya sigap merangsek ke depan dan langsung menendang dengan kaki kanannya sekali sesuatu di depannya yang terlihat seperti orang yang tengah jongkok atau ngesot. Sesuatu itulah yang membuat kedua pria itu kaget masuk ke lift.
Sejurus kemudian dari arah kanan pintu lift yang terbuka muncul seseorang. Terlihat seperti ada pembicaraan antara kedua pria yang tadi terkejut, lalu dua orang yang sedari tadi jongkok.
"Setelah peristiwa itu terjadi, dia (Sunarya) lapor kepada komandannya. Kebetulan alat komunikasi itu berada di lantai 18. Ia melaporkan kejadian yang dialaminya saat itu," ujar Zakki.(dic)
Sumber =
http://id.berita.yahoo.com/penendang-suster-ngesot-syok-193139691.html